Rabu, 14 Desember 2011

budaya korupsi yang telah mengakar .....

Pada suatu masa, ada seorang pria kaya raya berpesan kepada pembantunya, “Aku akan pergi ke luar negeri selama setahun untuk urusan bisnis. Selama aku pergi aku minta kau membangun sebuah rumah. Pilihlah bentuk dan desainnya sesuai kehendakmu. Besar atau kecil terserah kau. Ini aku kasih uang untuk membeli bahan bangunan, o*ngkos kerja tukang, serta gajimu selama membangun rumah tersebut.”Seminggu kemudian berangkatlah sang majikan ke luar negeri. Alangkah senangnya si pembantu mendapat proyek basah. Seumur-umur ia belum pernah mengelola uang sebanyak ini. Otak liciknya segera berputar. Selama mengerjakan tugas, si pembantu menggelapkan nilai proyek. Caranya, mark-up sana, sunat sini. Ia memakai bahan-bahan bangunan yang sepintas terlihat bagus padahal kualitasnya jelek. “Toh nantinya pada saat rumah ini mulai rusak, saya pasti tak lagi bekerja disini” begitu pikirnya.

Setahun kemudian sang majikan pulang. Ia menanyakan rumah baru tersebut.

“Beres Tuan! Segala sesuatunya berjalan sesuai rencana. Rumah sudah siap ditempati,” kata si pembantu dengan bangga.

“Baik. Nah, apakah kamu sendiri merasa puas dengan hasil karyamu?” sang majikan bertanya.

“Oh, ya tentu saja Tuan,” jawab si pembantu.

“Baik, kalau begitu,” jawab sang majikan, “Ketahuilah, aku menyuruh kau membangun rumah ini adalah untuk kenang-kenangan sekaligus penghargaan atas pengabdianmu bekerja disini bertahun-tahun.”

Mendengar ucapan sang majikan, kagetlah si pembantu. Perasaannya campur aduk. Ia merasa sangat malu dan cemas. Betapa tidak? Ia telah menghambur-hamburkan uang hasil korupsinya. Kini justru ia harus bertanggung jawab atas rumah yang selamanya akan mengingatkannya pada tindak korupsi yang mencoreng integritas dan pribadinya.

Cara terbaik untuk menentukan jenis karakter seseorang adalah dengan memberi kesempatan mereka menunjukkan tingkah laku mental dan moralnya saat mereka merasa sangat aktif dan benar-benar menikmati hidup. Karena pada saat itu pasti ada suara di dalam hati kecilnya yang mengatakan, “Inilah saya yang sebenarnya…”
sumber : kaskus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar